Selasa, 09 September 2008

Detektivbyrån - E18 Album (2008)






















Genre :
Experimental, Electrocoustic
Myspace
Download

Tracklist


1. E18
2. Hemvägen
3. Nattöppet
4. Monster
5. Dansbanan
6. Granmon
7. Vänerhavet
8. Lyckans Undulat
9. Hem Ljuva Hem
10. Home Sweet Home
11. Laka-Koffa

Detektivbyrån is a Swedish electronica and folk music trio from Gothenburg. The group consists of Anders Flanders (Accordion, Music Box); Jon Nils Emanuel Ekström (Drums, Sound Box, Small Bells); and Martin Molin (Glockenspiel, Traktofon, Toy Piano). In 2007 their song Nattöppet was featured in a Sprint Nextel television ad.

E18 Album is Japan Only released album, consisting songs on the Hemvägen EP, the Lyckans Undulat single, plus two extra tracks.

A very unique and beautifull album. Brilliant !


Peter Bjorn And John - Seaside Rock (2008)






















Genre : Instrumental album by PBJ.
Myspace
Download

Tracklist


01 Inland Empire
02 Say Something (Mukiya)
03 Favour of the Season
04 Next Stop Bjursele
05 School of Kraut
06 Erik's Fishing Trip
07 Needles and Pills
08 Norrlands Riviera
09 Barcelona
10 At the Seaside

Seaside Rock, the album Peter, Bjorn and John have been hinting at since the spring, is finally ready to rock. A vinyl- and digital- only release, it will come out in the U.S. on Almost Gold/Star Time International on September 23. The U.S. edition is limited to 5000 LPs, each accompanied by a download code. (V2 will release the album in the trio's native Sweden, while Wichita will handle it in the UK.)

It turns out that Seaside Rock isn't a completely instrumental album after all. According to a press release written by PB&J themselves, "As homage to Peter Bjorn and John's respective hometowns they wanted to feature the voice and dialect from each of the three areas. So apart from the instrumental soundtrack to the lonely childhood of northern Scandinavia you can also hear three monologues about some sort of seaside. The stories are read by a real saxophone player from Norsjö, a grandfather from Vika and the hairdresser Siw from Piteå."

The album was recorded in spring 2007 at the same studio in Sweden where Abba recorded most of their material. Its sound was inspired by "the memory of the sound of the Swedish music school orchestras from hell," according to PB&J's press release. (Actually, this press release they wrote is pretty funny. So we've included most of it below the jump.)

After a spate of solo shows in support of this year's The Last Tycoon, Peter Morén will rejoin Bjorn Yttling and John Eriksson for a spate of full band dates in the early fall.




[me]PBJ release an instrumental album? That's sound interesting. Once again, Thx to my friend @ IP ;)

Minggu, 07 September 2008

Asal-Usul Nama Indonesia

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam
catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai *Nan-hai* (Kepulauan
Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini *
Dwipantara* (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata
Sansekerta *dwipa* (pulau) dan *antara* (luar, seberang). Kisah Ramayana
karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap
Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke *Suwarnadwipa* (Pulau Emas,
yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita *Jaza'ir al-Jawi* (Kepulauan Jawa). Nama
Latin untuk kemenyan adalah *benzoe*, berasal dari bahasa Arab *luban
jawi*(kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan
dari batang
pohon *Styrax sumatrana* yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari
ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan
orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh
Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di
Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang
pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab,
Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara
Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka
sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang".
Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (*Indische
Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien*) atau "Hindia Timur" *(Oost
Indie, East Indies, Indes Orientales)*. Nama lain yang juga dipakai adalah
"Kepulauan Melayu" (*Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel
Malais*).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang
digunakan adalah *Nederlandsch-Indie* (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah
pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah *To-Indo* (Hindia Timur). Eduard
Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli,
pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air
kita, yaitu *Insulinde*, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin
*insula* berarti pulau). Tetapi rupanya nama *Insulinde* ini kurang populer.
Bagi orang Bandung, *Insulinde* mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku
yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang
kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli),
memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur
kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah
tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton,
naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19
lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas
Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh
berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit
Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam
bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari
*Jawadwipa*(Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa
dari Gajah Mada,
*"Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" *(Jika telah kalah
pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi
kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi
pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara,
maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua
dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang
modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer
penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah
tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan
negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan
nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, *Journal
of the Indian Archipelago and Eastern Asia* (JIAEA), yang dikelola oleh
James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana
hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli
etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865),
menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel *On
the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian
Nations*. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi
penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (*a
distinctive name*), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan
penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: *Indunesia*atau
*Malayunesia* (*nesos* dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71
artikelnya itu tertulis: *... the inhabitants of the Indian Archipelago or
Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.*

Earl sendiri menyatakan memilih nama *Malayunesia* (Kepulauan Melayu)
daripada *Indunesia* (Kepulauan Hindia), sebab *Malayunesia* sangat tepat
untuk ras Melayu, sedangkan *Indunesia* bisa juga digunakan untuk Ceylon
(Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa
Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang
menggunakan istilah *Malayunesia* dan tidak memakai istilah *Indunesia*.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan
menulis artikel *The Ethnology of the Indian Archipelago.* Pada awal
tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air
kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan.
Logan memungut nama *Indunesia* yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya
dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada
halaman 254 dalam tulisan Logan: *Mr. Earl suggests the ethnographical term
Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely
geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the
Indian Islands or the Indian Archipelago.* Ketika mengusulkan nama
"Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu
akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat
keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di
kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru
besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905)
menerbitkan buku *Indonesien oder die Inseln des Malayischen
Archipel*sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika
mengembara ke
tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan
istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul
anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak
benar itu, antara lain tercantum dalam *Encyclopedie van
Nederlandsch-Indie*tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah
"Indonesia" itu dari
tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda
tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama *Indonesische
Pers-bureau.*

Makna politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam
etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan
kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki
makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan!
Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian
kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa *Handels
Hoogeschool* (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan
mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan
nama *Indische
Vereeniging*) berubah nama menjadi *Indonesische Vereeniging* atau
Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan
datang (*de toekomstige vrije Indonesische staat*) mustahil disebut "Hindia
Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan
dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan
politik (*een politiek doel*), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu
tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (*
Indonesier*) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan *Indonesische Studie
Club*pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia
berganti nama
menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 *Jong
Islamieten Bond* membentuk kepanduan *Nationaal Indonesische
Padvinderij*(Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang
mula-mula menggunakan
nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah
air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal
28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota *Volksraad* (Dewan Rakyat; DPR
zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo
Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama
"Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi
Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan
Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk
selama-lamanya.

MONO (Japan) Discography

Genre : Post-rock, Ambient, Experimental
Myspace























Gone - A Collection of EP's 2000-2007

Tracklist :

1. Finlandia
2. Black Woods
3. Yearning
4. Memorie Dal Futoro
5. Due Foglie, Una Candela: Il Soffio Del Vento
6. Since I've Been Waiting For You
7. Gone
8. Black Rain
9. Rainbow
10. Little Boy (1945 - Future)
























Walking Cloud and Deep Red Sky, Flag Fluttered and the Sun Shined (2004)

Tracklist :

1. 16.12
2. mere your pathetic light
3. halcyon (beautiful days)
4. 2 candles, 1 wish
5. ode
6. The sky remains the same as ever
7. lost snow
8. a thousand paper cranes























One Step More And You Die (2002)

Tracklist :

1. Where Am I
2. Com(?)
3. Sabbath
4. Mopish Morning, Halation Wiper
5. A Speeding Car
6. Loco Tracks
7. Halo
8. Giant Me On The Other Side
























Under the Pipal Tree (2001)

Tracklist :

1. Karelia (opus 2)
2. The Kidnapper Bell
3. Jackie Says
4. Op Beach
5. Holy
6. Error #9
7. L'america
8. Human Highway


Clik HERE! for the rest of MONO's stuff :)


from Wiki

Mono were founded in January 2000 by guitarist Takaakira Goto. Working by himself, Goto completed most of Mono's demo tracks, partly influenced by guitarist Loren Connors. By late 1999 Goto began the search for band members; the first to join was fellow guitarist and long time friend Yoda. Soon afterwards the two guitarists linked up with bassist Tamaki and drummer Yasunori Takada. The group soon released a 4 track EP entitled Hey, You on the small independent label Forty-4.

Following Hey, You Mono put together its first full length album, Under the Pipal Tree in 2001 on Tzadik Records. Under the Pipal Tree, along with the EP, introduced Mono's style, which is focused on layered guitar melodies. All of Mono's songs are entirely instrumental, and Strings and pianos are also prominently featured in several songs. Under the Pipal Tree was met with somewhat mixed reviews and was referred to by Goto in a 2006 interview with Phil McMullen as a "very, very young album"[1]. Whilst recording the album, the September 11th attacks took place, which were to have a significant effect on Mono's later work.

In 2002, Mono finished their second album, One Step More and You Die. Many critics considered this as having a more distinctive sound than the preceding album. An abbreviated tour in parts of New York and Sweden took place after the album's release. The length of the tour and the behavior of some of the American crowds, who Goto said in the McMullan interview were "always talking a lot and drinking beers and making a lot of noise" left the band somewhat unsatisfied.

Soon afterward, Mono moved on to a new project in direct response to the aftermath of September 11th. This album was titled New York Soundtracks and was recorded in collaboration with several important members of the New York experimental scene, such as DJ Olive, Jackie-O Motherfucker, and Loren Connors. New York Soundtracks consists of remixes of all of One Step More and You Die's tracks.

Following Soundtracks, Mono embarked on the production of their next album, Walking Cloud and Deep Red Sky, Flag Fluttered and the Sun Shined which was released on October 5, 2004. There is much back story to this album, especially behind one of its songs, A Thousand Paper Cranes. The inspiration for this song was the story of Sadako Sasaki, a young girl from Hiroshima who contracted leukemia at the age of 13, dying shortly afterwards. While in her hospital bed, Sadako attempted to fold one thousand paper cranes, which, according to Japanese folklore, had once cured a girl of disease. Following the release of this album, Mono began a lengthy world tour.

On June 24, 2006, Mono released their next album, You Are There. You Are There met similar success to Palmless Prayer / Mass Murder Refrain and was accompanied by worldwide tours throughout 2006 and 2007.

A collection of EPs entitled "Gone", as well as a 100 minute long documentary called "The Sky Remains the Same as Ever", were released in late 2007.

Mono, like most bands associated with the underground music scene, tries to maintain a strong relationship with their fans. Goto, in a recent interview with Semtex Magazine, pointed out that for Mono, promotion is not a priority, they tour "to meet the crowd".

Followed By Ghosts - Dear Monsters, Be Patient (2008)





















Genre :
Post-rock

Myspace

Download


Tracklist :


01. 5:52 am
02. Dear Monsters
03. Riga
04. Showdown At High Noon
05. Discussion Among Men
06. All Is Lost
07. Be Patient

Followed by Ghosts is an instrumental band from the heartland. Drawing influences from post-rock gods Godspeed You Black Emperor! and Explosions In The Sky, they have created their own melodic brand of instrumental guitar rock.

Followed By Ghosts' second album, "Dear Monsters, Be Patient" is a worthy follow up to 2007's critically acclaimed "The Entire City Was Silent." Now, with much more recording and songwriting experience, Followed By Ghosts has made a powerfully emotional and dynamic record. Spreading styles from slow, emotional chamber music to happy melodic in-your-face
punk rock, this album has something for everyone.

from Afterthepostrock
"yo, this is daniel from followed by ghosts. we put our new record up on megaupload and rapidshare, since we figure its gonna get put on the internet anyway when it comes out, we just want people to hear it and spread it around. "


[me]Yes, Sir! I am following his orders. Get it and spread it. *lol*




Jesu - Why Are We Not Perfect EP (2008)



Genre : Post-metal, Post-rock, Shoegaze, Drone, Sludge, Ambient, Electronica
Myspace
Download

Tracklist :

1. Farewell
2. Blind And Faithless
3. Why Are We Not Perfect
4. Farewell [Alternative Version]
5. Why Are We Not Perfect [Alternative Version]

Jesu is an experimental rock band formed in 2003 by Justin Broadrick following the breakup of Godflesh. Jesu was the name of the last song on the final Godflesh release, Hymns, and Broadrick decided to adopt it as the name of his new project.

Jesu's sound is heavily layered and textured, drawing from and incorporating an eclectic mix of influences, ranging from ambient music, post-metal and drone doom, to shoegazing, downtempo and industrial music. Their recent releases have been described as "avant-pop" and avant-garde doom.

Why Are We Not Perfect, is a CDEP that will feature the Jesu songs originally only available on the Eluvium split vinyl album, as well as new two new remixes. Daymare will release the album in Japan, with an additional third remix not available on the American release.




Ben Woods - A Collection of Thoughts (2008)





















Genre :
Ambient, Modern-Classical Piano
Myspace
Download

Tracklist :

1. Taking Small Steps Pt.1
2. A Calm Yet Determined Wind
3. Left At Sea
4. A Crowded Corridor
5. About To Fall
6. Running After Clouds
7. Walking Away Unwillingly
8. Waking Up With Stories Of You To Tell Nobody
9. A List Of Things I Said I Would Do
10. Taking Small Steps Pt.2

Ben Woods Is a full time student at the University of Plymouth UK, where most of this music is written and recorded. His style is has been described as dense and intoxicating whilst at the same time beautiful and deep. His music is written to audibly represent recent emotions and feelings with regard to situation, experience and circumstance.

His latest work is predominantly piano based but Ben is always working on the newest approach he discovers. He has been working on a series of acoustic guitar lead soundscapes and has also been experimenting with turning written acoustic songs into beautifully layered drones.

After receiving some interest by some artists in the Plymouth area, Ben is working on a way to translate his music to play in a live setting.






[me]Beautiful piano instrumental. If you like Goldmund, i think you'll gonna like Ben Woods. Thx to sir Mayo @ IP ;)

Selasa, 02 September 2008

Javelins - Heavy Meadows (2008)

Genre : Indie,Rock,Experimental GREAATT!!
download

Tracklist


01. Flowers
02. Heavy Meadows
03. The Pounding
04. El Dorado
05. Roman Saints
06. Out On The Sand
07. Pickup Lines
08. Entropy
09. JConnected
10. Red Handed

"Javelins have created the perfect summer record for 2008. From the very first shimmery wall of guitar, every note of Heavy Meadows is capable of sticking to a listener's heart and brain." - Metro Times

"Javelins have gone the extra mile on all fronts.... literate, orchestral pop, heightened by their ear for whirling futuristic breakneck rock." - Real Detroit Weekly

"Javelins didn’t just write a collection of random songs. They aimed to achieve a cohesive work of art, capturing in music the contradictory nature of the wounded lover.... this is the sound of zero gravity." - Detour Magazine

"Whether it’s the small thread of psychedelia running throughout the album, the lush instrumentation, driving guitars, danciness, expansiveness, smoky-yet-sharp feel — I’ve found myself enjoying each one." - Buzzgrinder.com

"Jangly and dreamy, but also poppy. and Awesome." - Relevant Magazine



Jumat, 22 Agustus 2008

Simon Bookish - Everything/Everything (2008)

Genre : Indie,Pop,Electronica,Classical,Singer-Songwriter GREAATT!!
Myspace
Download
Tracklist

01. The Flood
02. Dumb Terminal
03. Portrait Of The Artist As A Fountain
04. Carbon
05. Victorinox
06. Il Trionfo Del Tempo... (Ridley Road)
07. Synchrotron
08. A Crack In Larsen C
09. Alsatian Dog
10. A New Sense Of Humour
11. Colophon

The new album, EVERYTHING/EVERYTHING, is finished, polished, cooked and ready for release this Autumn... there's a sneak preview in the music player above...

An unpredictable and dramatic "big band song cycle about science and information", EVERYTHING/EVERYTHING is a new departure for Simon Bookish, being his first album for TOMLAB.

Additionally, whilst previous Simon Bookish releases have been informed by the sounds of digital synthesizers, EVERYTHING/EVERYTHING does away with them entirely to focus on live instruments.

Scored for an ensemble dominated by saxophones, brass, piano, harp and Farfisa organ, it features luminaries from both the jazz and experimental classical music scenes.

Whilst this is almost certainly his most pop-oriented release to date, EVERYTHING/EVERYTHING, as it's name suggests, finds room for moments of racing Philip Glass minimalism, lop-sided disco, expressionist cabaret, and even an eery ambient interlude.

Lyrically, the album's concept is "the flood of information" in our modern age, taking in chemistry and ecology, language and art, sometimes surreal, sometimes humourous, sometimes provocative, a weird blur of fact and fiction, delivered in Bookish's distinctive English-eccentric vocal.

It's only natural that Simon Bookish would want to tackle this chaos of stuff, since 'Simon Bookish' is the pseudonym of London-based composer Leo Chadburn, whose diverse recent work has included everything from sound-art installations in Bregenz, Austria, improvisation and guest spots with Leafcutter John and Polar Bear's Seb Rochford, and computer music for contemporary dance at the Royal Opera House to an acclaimed appearance with the National Theatre as "The Singer" in Brecht's "Caucasian Chalk Circle".

Selasa, 12 Agustus 2008

Herman Dune - Next Year In Zion (2008)

Genre : Indie,Pop,Folk GREATT!!
Myspace
Download

Tracklist

01. My Home Is Nowhere Without You
02. Try To Think About Me
03. When The Sun Rose Up This Morning
04. When We Were Still Friends
05. On A Saturday
06. My Baby Is Afraid Of Sharks
07. Lovers Are Waterproof
08. Next Year In Zion
09. Someone Knows Better Than Me
10. My Best Kiss
11. Baby Baby You’re My Baby
12. (Nothing Left But) Poison In The Rain

On the new album Next Year In Zion, songwriter and vocalist David-Ivar Herman Dune and drummer Neman Herman Dune deliver a dozen charming and intricately constructed pop songs. Next Year In Zion is the Parisian duo’s debut long-player for the City Slang Label. It is the sound of Herman Dune, all grown up.

After years as a highly prolific, mostly DIY band, Herman Dune gained considerable cult status across Europe and in New York City, where the young band lived off and on for nearly 8 years. Releasing 5 official albums and distributing countless homemade CDRs at live shows, they found an early champion in legendary UK Radio DJ John Peel. The archive of Peel Sessions the band performed for the BBC number in the double digits. With their tireless work ethic, ramshackle shows in NYC artist squats eventually gave way to headlining sold out gigs at the 2,500 seat Olympia, in Paris. Tours with Arcade Fire, The Kooks and good friend Kimya Dawson (Moldy Peaches, Juno) put them in front of increasingly larger crowds, and even without a U.S. release to their names, Rolling Stone tagged “I Wish That I Could See You Soon” in their year-end list of the Top 100 Songs of 2007.

Frontman David-Ivar Herman Dune’s facility in bending the English language to his whims is impressive, given that he was raised in Paris but born in Stockholm of Swedish and Jewish descent. He learned American English playing chess with his grandfather, a Swedish diplomat who lived in DC, and began writing simple songs in English at the age of 11. There is sly playfulness and whimsy in David’s lyrical acrobatics (rhyming ‘coconuts’ with ‘cigarette butts’ and ‘Pelican’ with ‘Mexican’) and his phrasing and cadence pay tribute to songwriters like Bob Dylan, Leonard Cohen, Jonathan Richman and Stephen Malkmus. On drums and percussions, Neman Herman Dune (who is Swiss born, but also raised in Paris) provides the steady heartbeat that syncopates David’s words and music. The elegant polyrhythmic thump hints at an affection for Charlie Watts, Can and Mo Tucker, and gives a buoyant foundation for David's chiming guitar. These two play off each other’s strengths with the familiar ease that comes from life-long friendship.-CITY SLANG

Kamis, 07 Agustus 2008

T. - Bau (2008)

Genre : Indie,Pop,Singer-Songwriter GREAATT!!
Myspace
download

Tracklist

01 #1
02 Roof Top
03 Love Recorder
04 #4
05 Back In 94
06 A Gun In My Hat
07 #7
08 Magazines
09 Bootsy
10 #10
11 Sick & Sad
12 The Carpenter
13 Modern Love

In 2001, 20 year-old Thomas Walter recorded his first album in the artists collective Vergo: his album resembles a b-movie. It’s a concept album which covers his teenage years, moving from his time spent in his hometown of Goetzenbruck (in the northern Vosges, North East France) to the polytechnic schools in the grey suburbs of Strasbourg (France). After this sombre and distressing album which appeared as an ep (now out of print), he wrote a huge amount of songs that he gave out to his friends or distributed around local record shops and cafés in carefully packaged CDRs for interested strangers. From this collection which makes up a real little treasure, he picked out a few songs to record his second album which is coming out on Herzfeld records. His aerial music reveals itself through hypnotizing melodies, spacious arrangements, layered vocals and arranged rhythms.


Sabtu, 02 Agustus 2008

TV on the Radio - Dear Science (2008)

Genre : Indie,Rock,Post-Punk,Experimental
Myspace
download

Tracklist


01. Halfway Home
02. Crying
03. Dancing Choose
04. Stork & Owl
05. Golden Age
06. Family Tree
07. Red Dress
08. Love Dog
09. Shout Me Out
10. DLZ
11. Lover's Day

The follow-up to the band’s 2006 record Return to Cookie Mountain, encompasses an impressively majestic and strikingly orchestral arrangement into its 70/80’s glam-rock David Bowie-influenced sound (See: ‘Golden Age’). Opener ‘Halfway Home’ begins with a guitar riff that recalls previous single ‘Wolf Like Me’, but as the melody kicks in, features solid drumming built around a straight forward beat, with Tunde Adebimpe’s falsetto vocals delivering the lyrics with the dreamy, sing-song quality of a nursery rhyme. But don’t be fooled and lulled in by this. He later displays his more primal, aggressive side on the tracks ‘Dancing Choose’ and ‘DLZ’ which hark back to REM at that their most urgent and frantic (See: ‘End of the World As We Know It’). Guitarist Kyp Malone takes the vocal duties on ‘Crying’ and boy, what a take. The song could easily be mistaken for an 80’s funk-fuelled R&B track and his vocals could leave even Prince impotently whimpering to a corner.

Ultimately, I would prefer to listen to this record on repeated listens and in a more private environment. Listening to the record while a hundred or so people chat away isn’t exactly the most ideal conditions to fully absorb the music I’m sure you’ll agree, but from what I heard, and what I remember, this record has definite moments of instant genius, but it’s the more subdued tracks which I’m intrigued and keen to listen to again. Songs such as the closer, ‘Lover’s Day’, with lyrics like “I’m going to make you come“, again sounds erotically like Prince. I was also informed that Katrina Ford from ex-tour-mates Celebration, guests on the track too, providing the backing vocals. Cool. I like Celebration.

The group’s very own guitarist/multi-instrumentalist Dave Sitek (yep, that’s the guy behind Scarlett Johnanson’s ode to Tom Waits and the very same person that Foals foolishly felt didn’t harness their sound when mixing their dry and lame debut album) produces the record. He expertly hones and layers the mesh of noise from the euphoric and epic guitar noise and distorting a grand array of destructive beats. To fully appreciate these though, the record will definitely merit intent listens for the more subtle undertones of production. May I strongly advise you to keeps your eyes and ears peeled for this one. It would be just plain silly not to.-www.thelineofbestfit.com

Rabu, 09 Juli 2008

Yndi Halda - Enjoy Eternal Bliss (AWESOME !!!)






















Genre : Post-rock, Experimental
Myspace
Download

Tracklist :

1) Dash and Blast
2) We Flood Empty Lakes
3) Illuminate My Heart, My Darling!

Yndi Halda are an indie-rock band from Canterbury, United Kingdom. ‘Yndi Halda’ is Old Norse for “Enjoy Eternal Bliss”, also the name of their “self-titled” debut. The band’s music is characterized by expansive, cinematic pieces that have seen the group compared to modern classical and post rock - however, Yndi Halda’s work is usually considered more thematically optimistic or hopeful, and more song-based than artists of those genres.

"There is something untangible about Enjoy Eternal Bliss, something that evades the analytical eye but is looming over the album. Perhaps a mysticism of sorts that enchants the band's music much in the way that Sigur Ros just seems to transcend the normal limitations of music in the creation of otherworldly songs. For a band that plays and records in a barn, Yndi Halda does quite a good job of making it look easy to churn out one of the year's best albums. Enjoy Eternal Bliss is easily the year's best self-released album, and there is no doubt that this band is only going upward from here."





Sabtu, 07 Juni 2008

MGMT - Metanoia EP (2008)

i
Genre : Indie,Pop,Psychedelic,Electronic HARDLY WAITING THEIR NEXT ALBUM!!
Myspace
download

Tracklist


1. Metanoia 13.49

Almost a year since the release of MGMT's much-loved debut Oracular Spectacular, the hype surrounding the band is still heating up. As much as I love the acclaimed album, I couldn't be listening to it for 12 months straight. I stumbled across something unheard of from the boys Ben Goldwasser and Andrew VanWyngarden that comes in the form of an EP named Metanoia which only consists a 13-minute track. MGMT does not dissapoint with Metanoia, it continues the mixing-of-genres trend in Oracular Spectacular. It opens with an acoustic, then when the piano kicks in, we hear a sound not unlike The Arcade Fire attempting a Queen before it maneuvers into a psychedelic number. I guess people in town (or the blogsphere) will still be talking about the Brooklyn psychedelic synth duo for quite awhile and I don't mind even a bit. 2008 is going to be the year of MGMT! -yourheadsnotright.blogspot.com

Jumat, 06 Juni 2008

St. Augustine - In a Field of Question Marks EP (2008)


Genre : Indie,Pop,Folk,Singer-Songwriter
Myspace
Download

Tracklist

01. Icelandic
02. To the floor
03. 14th of July
04. Kidney
05. Polar Bears
06. Rainy country


Raised in a ranch norvégo-Syrian by Dutch cowboys, St Augustine sings the polar bears and the days of rains, the small shelters and big spaces, the houses to be built and all that remains to be come…

Minggu, 01 Juni 2008

Iglomat - Iglomat (2008) (AWESOME !!!)




















Genre :
Post-rock, Ambient
Myspace
Download

Tracklist
:

1. Dial Wookie
2. Tornadic Activity
3. Augustus Loop
4. Apollo 18
5. Actung Kitler
6. Federal
7. Stormtroopers Of Gentrification
8. Dolphins From Wales
9. Two By Two
10. Neo War

‘Iglomat’s self titled album is a Ginger minimalist threesome collaboration, via the inner space of satellite communications. i.e, from opposite sides of the globe. What does the name mean? The band don’t even know, but it’s not important in your mid 30’s as much as having a broadband connection and pro tools. This 3 year, almost all instrumental project could easily play in any top 10 post-rock radio retirement home. ‘Cmon the ‘Mat! -Rolling Stone






[me]It's a nice debut album. Thx to sir Mayo @ IP ;)

Minggu, 18 Mei 2008

Daging Makanan Bergizi Kelas Satu, Benarkah?


By: Chindy Tan


”Bukankah daging tetap dibutuhkan tubuh untuk kesehatan?” Demikianlah kepercayaan yang sangat mengakar hingga detik ini, yakni daging sebagai sumber protein kelas satu, sumber kalsium, sumber lemak, sumber vitamin B12 dan sumber zat besi.

Salah satu akar kepercayaan ini bersumber dari sebuah studi antara tahun 1929-1950 dengan menggunakan asam amino yang dimurnikan (padahal makanan yang kita makan bukanlah asam amino yang dimurnikan). Kemudian, penelitian lanjutnya dilakukan pada tikus, yang ternyata tingkat kebutuhan proteinnya paling tinggi dari semua mamalia. Sebagai patokan, jumlah kalori protein yang terkandung dalam air susu tikus adalah 49%, sedangkan pada manusia jumlah kalori protein yang terdapat pada ASI hanyalah 5%.

Mengapa Jadi Berlebih?

Patut dicermati bahwa kebutuhan tertinggi tubuh manusia akan protein seumur hidupnya adalah masa usia 0-5 tahun. Pada masa paling krusial 0-6 bln di mana ASI secara eksklusif diberikan, ASI sendiri ‘hanya’ mengandung 5% kalori protein, Terkecuali masa menyusui, American Journal of Clinical Nutrition mematok rata-rata asupan 2,5% kalori protein per hari, dan banyak populasi yang hidup dengan baik-baik saja pada angka ini. Logis saja, karena pada masa kebutuhan tertingginya pun tubuh kita hanya dipasok 5% kalori protein dari ASI. Tentunya setelah lewat masa pertumbuhan, tubuh kita tidak membutuhkan sebanyak itu lagi, atau cukup di bawah 5% kalori protein.

Bukankah hal yang janggal bila National Egg Board, National Dairy Council, National Livestock, dan Meat Board Amerika menambah 30% dari angka yang harusnya kurang dari 6% (“Diet For A New America”)? Batas aman atau RDA 30% inilah yang disoroti sebagai dasar propaganda industri ternak. Kebijakan tersebut lantas dituangkan ke dalam kurikulum pendidikan. Bermula di Amerika, propaganda daging, telur, susu sebagai sumber protein utama ini pun mendunia, termasuk di Indonesia. Bangku sekolah kita tak luput dari jangkauan propaganda ini. Konsep yang sudah sangat akrab sampai ke sumsum kita, bahwa daging adalah sumber terbaik untuk protein.

Kejanggalan ini terjawab pada uraian Dr. David Reuben yang mempertanyakan: siapakah yang sesungguhnya memperoleh manfaat ekstra 30% batas aman tersebut? Beliau menjawab, “Mereka yang menjual daging, ikan, keju, telur, ayam dan semua sumber-sumber protein yang bergengsi dan mahal lainnya. Jika Anda adalah keluarga Amerika umumnya, Anda harus mengeluarkan uang 40 USD per bulan untuk memompa asupan protein yang sebenarnya tidak Anda perlukan. Pengeluaran ini, memberikan 36 miliar USD per tahun ke kantong penjual.” (Diet For A New America – John Robbins)

Business As Usual

Era globalisasi memberi jalan lapang bagi negara-negara industri yang kuat modal dan kuat teknologi untuk menguasai harkat hidup di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Mari lebih jeli menganalisa benang merah tiap fakta berikut: Makanan merupakan 11% dari keseluruhan komoditi perdagangan global, proporsi yang berada di atas perdagangan minyak bumi (Globalization and Human Nutrition, 2001). Produk makanan yang dihasilkan dari produksi pangan yang berlebihan di negara-negara industri mau tak mau harus dipasarkan. Namun karena ‘demand’-nya yang sudah statis (baca: jenuh) atau inelastik di negara industri, maka pilihan pasarnya adalah negara-negara berkembang yang produk pangannya masih ‘tradisional’ dan ‘terbatas’. Untuk ini industri makanan di Amerika Serikat mengeluarkan dana 30 miliar dolar setiap tahunnya untuk promosi (Bulletin of the World Health Organization, 2002). Strategi promosi yang digunakan memberi citra daging sebagai makanan bergengsi, modern dan gaul. Rumus ”Tiga P” digunakan: placing, pricing dan promotion. Hasilnya, menjamur dan mengguritanya bisnis makanan cepat saji hampir di seluruh dunia.

Dampak Terhadap Kesehatan


Prof.dr.Siti Fatimah Muis, M.Sc, SpGK dalam kajiannya,”Globalisasi Pangan: Dampaknya Terhadap Gizi dan Kesehatan” menuliskan bahwa setelah Perang Dunia II, negara berkembang mengalami transisi epidemiologi yakni, menurunnya penyakit infeksi seperti TBC, tifus, diare, lepra dan mulai munculnya penyakit degeneratif seperti penyempitan pembuluh darah jantung atau otak, penyakit gangguan metabolisme dan keganasan. Dan sekarang telah memasuki masa transisi berikutnya adalah transisi gizi atau munculnya masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi berlebih pada saat yang bersamaan muncul dengan masalah gizi kurang. Kelebihan asupan energi pada anak-anak dan remaja, utamanya dari makanan berlemak jenuh tinggi (daging, telur, dan susu) di atas 30% dari keseluruhan asupan energi sehari-hari ternyata juga dapat mengakibatkan kenaikan kolesterol, penebalan/pengerasan dinding pembuluh darah (atherosklerosis) dan diabetes tipe-2 seperti yang dialami usia paruh baya (Rapid Westernization of children’s blood cholesterol in 3 countries, 2000). Pada abad ke-20 diabetes tipe 2 (non-insuline dependent) hanya terjadi pada usia paruh baya dan tua. Namun, tren sekarang menunjukkan penyakit tersebut mulai banyak diderita oleh anak maupun remaja. Terjadi peningkatan empat kali lipat kejadian diabetes tipe 2 pada anak usia anak 6-15 tahun yang terbukti berkorelasi dengan kelebihan berat badan (Type 2 diabetes in young, 2004)

Sesekali saat membesuk rekan yang sakit di RS, cobalah adakan survei kecil. Berapa banyak pasien penderita stroke, serangan jantung, hipertensi, diabetes dan kanker dan yakinlah, sepuluh dari sepuluh penderita tersebut dianjurkan oleh dokter untuk mengurangi atau berpantang daging. Begitu sederhana pesan yang bisa diamati dari sekeliling kita tanpa perlu studi atau riset untuk sampai pada pemahaman bahwa: sederet penyakit inilah yang sebenar-benarnya ’diberikan’ oleh daging kepada tubuh manusia.

Ps. artikel ini hasil repost dari www.dee-idea.blogspot.com, ini dikarenakan saya tidak memiliki kapasitas dalam bidang tersebut.

Rabu, 14 Mei 2008

Global Warming & vegetarian

Bumi Kita Butuh Langkah Cepat, Please Go Veggie!
by: Chindy Tan

pemanasan-global-low-res1.pdf
Alarm tanda bahaya dampak pemanasan global berbunyi semakin nyaring. Pola pencairan es di Arktika merupakan salah satu indikatornya. Perubahan demi perubahan melaju dalam hitungan bulan. Tanggal 18 Maret 2008, Jay Zwally, ahli iklim NASA, memprediksi es di Arktika hampir semua akan mencair pada akhir musim panas 2012. Hanya dalam waktu dua bulan prediksi itu bergeser. Tanggal 1 Mei 2008 lalu, prediksi terbaru dilansir NASA: mencairnya semua es di Arktika bisa terjadi di akhir tahun 2008 ini. Sederet tanda-tanda bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es di Arktika pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari empat tahun sebelumnya. Es di Greenland yang telah mencair mencapai 19 juta ton. Fenomena terbaru lainnya, pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di Antartika yang berusia 1500 tahun pecah dan runtuh seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya atau sepertiga luas Jakarta).

Efek domino apa yang membayang bila es di Arktika mencair semua? Mencairnya es di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Bila es di Arktika mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap 95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400 miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah gas metana di atmosfer. Gas metana dapat terlepas akibat mencairnya bekuan gas metana yang stabil pada suhu di bawah dua derajat celcius. Seperti diketahui, gas metana memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari gas CO2. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana kepunahan massal yang pernah terjadi pada 55 juta tahun yang lalu dikenal dengan masa PETM (Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yang terlepas ke atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan kepunahan massal. Bukti geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal. Kematian massal terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.

Membaca fakta-fakta di atas, satu hal yang patut digarisbawahi adalah tenggat waktu yang semakin sempit. Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua IPCC, menekankan bahwa dua tahun ke depan merupakan masa tenggat penting untuk menghambat laju pemanasan global yang bergerak dengan sangat cepat. James Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan bahwa kita telah berada di titik sepuluh persen di atas batas ambang kemampuan Bumi mencerna CO2. Artinya, kita telah melampaui titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.

Kita butuh kecepatan dan ketepatan membaca masalah hingga dapat memilih solusi yang efektif. Solusi yang mampu berpacu dengan waktu untuk memperlambat laju pemanasan global. Berkaitan dengan ini, dalam konferensi persnya di Paris, 15 Januari 2008, Pachauri mengimbau masyarakat dunia dalam tingkat individu untuk: pertama, jangan makan daging. Kedua, kendarai sepeda. Ketiga, jadilah konsumen yang hemat.

Mengapa ”jangan makan daging” berada pada urutan pertama? Fakta berbicara, seperti laporan yang dirilis Badan Pangan Dunia – FAO (2006) dalam Livestock’s Long Shadow – Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas penghasil emisi karbon paling intensif (18%), bahkan melebihi kontribusi emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk, pesawat, kapal, kereta api, helikopter) di dunia (13,5%). Peternakan juga adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% persen bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap tahunnya, penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan berkontribusi emisi 2,4 miliar ton CO2.

Memelihara ternak membutuhkan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Mesin pendingin merupakan mata rantai paling tidak efisien energi listrik. Hitung saja mesin pendingin mulai dari rumah jagal, distributor, pengecer, rumah makan, pasar hingga sampai pada konsumen. Mata rantai inefisiensi berikutnya adalah alat transportasi untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung lain dalam peternakan intensif seperti obat-obatan, hormon dan vitamin.

Mata rantai lain yang sangat tidak efisien tapi telah berlaku demikian kronis adalah pemanfaatan hasil pertanian untuk peternakan. Dua pertiga lahan pertanian di muka Bumi ini digunakan untuk peternakan. Sebagai contoh, Eropa mengimpor 70% protein (kedelai, jagung dan gandum) dari pertanian untuk peternakan. Indonesia sendiri pada tahun 2006 mengimpor jagung untuk pakan ternak 1,77 juta ton. Prediksi produksi pakan ternak naik dari 7,2 juta ton menjadi 7,7 juta ton, kata Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas-Paulus Setiabudi (Kompas, 8 November 2007). Sementara itu, menurut data Indonesian Nutrition Network (INN), setengah dari penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (16 Sept 2005), sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan DR. dr. Fadillah Supari, SPJP(K).

Tanggal 30 April 2008 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak segenap bangsa ini untuk bersama saling membahu menghadapi krisis pangan dunia. Akar masalah kelangkaan pangan jika dicermati salah satunya adalah krisis manajemen lahan itu sendiri. Secara matematis, inefisiensi pemakaian lahan pertanian untuk pakan ternak tercermin dari perhitungan kalori yang “terbuang” untuk membesarkan ternak cukup. Pakan yang selama ini diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Berarti masih ada kelebihan kalori untuk 2,1 miliar orang. Sebenarnya tidaklah sulit untuk memahami mendesaknya perubahan pola makan ini, yakni perubahan ke pola makan yang mata rantainya pendek. Perut manusia bisa langsung mencerna kedelai, jagung dan gandum tanpa harus melalui perut ternak terlebih dahulu. Tidakkah beralih ke pola makan bebas daging justru dapat menjadi solusi ketimpangan akses pangan seluruh dunia?

Pertanian untuk pakan ternak itu sendiri merupakan penyumbang 9% CO2 (karbondioksida), 65% N2O (dinitrooksida) dan 37% CH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah kaca N2O adalah 296 kali CO2, sedangkan CH4 adalah 25 kali CO2. Satu lagi masalah industri peternakan yang sangat krusial yakni, inefisiensi air. Sekian triliun galon air diperuntukkan untuk irigasinya saja. Sebagai gambaran sederhana, untuk mendapatkan satu kilogram daging sapi mulai dari pemeliharaan, pemberian pakan ternak, hingga penyembelihan seekor sapi membutuhkan satu juta liter air! Data yang dihimpun Lester R. Brown, Presiden Earth Policy Institute dan Worldwatch Institute, memaparkan dalam bukunya ”Plan B 3.0 Mobilizing to Save Civilization” (2008) bahwa karena untuk memproduksi satu ton biji-bijian membutuhkan seribu ton air, tidak heran bila 70% persediaan air di dunia digunakan untuk irigasi.

Jejak emisi gas rumah kaca daging terukur jelas. Dr Rajendra memberi ilustrasi konversi energi untuk memelihara sampai menghasilkan sepotong daging sapi, domba atau babi sama besar dengan energi yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu. Satu kilogram daging menyumbang 36,4 kg CO2, tidak heran bila data dari film dokumenter ”Meat The Truth” menyebutkan emisi CO2 seekor sapi selama setahun sama dengan mengendarai kendaraan sejauh 70.000 km. Penelitian di Belanda (www.partijvourdedie.en.el) mengungkapkan, seminggu sekali saja membebaskan piring makan dari daging masih 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun.

Penelitian paling gres yang dilakukan Prof. Gidon Eshel dan Pamela A. Martin (”Diet, Energy and Global Warming”) merunut kontribusi setiap potongan daging terhadap emisi karbon. Penelitian ini diakui secara ilmiah dan dipublikasikan dalam jurnal bergengsi para ilmuwan Earth Interaction Vol. 10 (Maret 2006). Jumlah gas rumah kaca yang diemisikan oleh daging merah, ikan, unggas, susu dan telur jika dibandingkan dengan diet murni nabati/vegan, ternyata jika satu orang dalam setahun mau mengganti diet hewani mereka ke diet nabati murni/vegan akan mencegah emisi CO2 sebesar 1,5 ton. Lima puluh persen lebih efektif daripada upaya mengganti mobil Toyota Camry ke mobil Toyota Prius hybrid sekalipun yang ternyata hanya mampu mencegah 1 ton emisi CO2.

Objektivitas akan menuntun kita untuk mengakui pola konsumsi daging sebagai kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Pilihan kita tidak banyak, mengingat tenggat waktu yang demikian sempit. Mengutip tulisan Senator Queensland, Andrew Bartlett, bahwa seluruh dunia tidak mesti menjadi vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi produk hewani, kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah nihil. Menurut Bartlett, tidak ada langkah yang lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan yang dapat mengurangi kontribusi tiap individu terhadap emisi gas rumah kaca selain memangkas jumlah konsumsi daging dan produk susu dan olahannya.

Aksi untuk hemat bahan bakar kita masih banyak bergantung pada fasilitas umum. Upaya yang paling bisa kita lakukan adalah menggunakan kendaraan umum. Namun, sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk menggunakan kendaraan umum jika berhadapan dengan kepentingan keamanan, dan untuk ini kita masih bergantung pada kebijakan pemerintah. Aksi hemat energi dalam konteks yang paling ideal bergantung pada teknologi. Sumber energi paling ramah lingkungan yakni tenaga angin, air, dan matahari, masih jauh membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak kecil. Butuh waktu yang panjang dan upaya ekstra untuk menggerakkan kesadaran massal untuk hemat energi, hemat listrik, hemat bahan bakar karena harus berhadapan dengan kebiasaan dan perilaku yang telah mengakar.

Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar. Namun, memegang sendok dan akhirnya menjatuhkan pilihan apa yang akan dimasukkan ke mulut kita, sepenuhnya berada di kendali kita. Langsung bisa dilakukan! Jarak antara piring dan mulut kita mungkin hanya sejarak panjang sendok, membalikkan isi sendoknya hanya butuh waktu sekedipan mata, tapi kendalinya ada pada mindset tiap kita. Sejenak, biarkan kepala dingin hadir. Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung Bumi. Sejenak merasakan beban berat Bumi ini mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah Bumi.

PS 1.Penulis adalah Koordinator Indonesia Vegetarian Society Regional Yogyakarta - Jateng.
PS2. artikel ini repost dari www.dee-idea.blogspot.com

Kamis, 01 Mei 2008

Javelins - Heavy Meadows (2008)

Genre : Indie,Rock,Experimental GREAATT!!
Myspace
download


Tracklist


01. Flowers
02. Heavy Meadows
03. The Pounding
04. El Dorado
05. Roman Saints
06. Out On The Sand
07. Pickup Lines
08. Entropy
09. JConnected
10. Red Handed

"Javelins have created the perfect summer record for 2008. From the very first shimmery wall of guitar, every note of Heavy Meadows is capable of sticking to a listener's heart and brain." - Metro Times

"Javelins have gone the extra mile on all fronts.... literate, orchestral pop, heightened by their ear for whirling futuristic breakneck rock." - Real Detroit Weekly

"Javelins didn’t just write a collection of random songs. They aimed to achieve a cohesive work of art, capturing in music the contradictory nature of the wounded lover.... this is the sound of zero gravity." - Detour Magazine

"Whether it’s the small thread of psychedelia running throughout the album, the lush instrumentation, driving guitars, danciness, expansiveness, smoky-yet-sharp feel — I’ve found myself enjoying each one." - Buzzgrinder.com

"Jangly and dreamy, but also poppy. and Awesome." - Relevant Magazine



Senin, 07 April 2008

kaum yang picik

dalam gelap lah kini kutahu apa itu cahaya...
dalam kesendirian lah kini kutahu apa inginku...

orang2 tertindas dan perang yg tanpa akhir telah mengotori dunia dalam imajinasiku,
menghapus dunia indah dengan suara anak kecil yg berlarian...
senyum mereka adalah sebagian dari senyum dunia yang diinginkan tuhan...
kasih mereka bagian dari ketulusaan cinta yg diciptakan tuhan untuk kita...

tapi,...
semua yg tak ternilai harganya kini tlah dikotori oleh mereka yg ingin kuasa atas dunia...
mereka yg berpikir bahwa mereka satu2nya keturunan adam!!!
lalu manusia lain dianggap keturunan setan???
kalian menklaim bahwa kalian berada diatas semua golongan..dan selain kaummu hanyalah binatang

dimanakah tuhan ????
disaat hamba yg tak henti2 nya menyembahmu tlah diperlakukan lebih rendah dari seekor binatang oleh kaum yg bodoh dengan semua kejeniusaanya!!!
darah satu juta manusia lain hanya berharga satu manusia dari kaum mereka...
hanya karena di sebut kaum orang2 tepilih oleh beberapa keyakinaan tlah membuat kalian berpikiran picik layaknya binatang,,

kuasa yg besar dengan sedikit manusia membuatmu lebih mudah bergerak..
einstein dan banyak lagi ilmuwanmu memang membuktikan bahwa kau adalah kaum yg pantang menyerah,,,
ribuan kali diusir dari tanah yg menghidupimu bukanlah hak untuk mendapatkan tanah dan bangsa baru bagi kalian,...

karena yang kutahu, tidak ada bangsa baru dengan penduduk baru....

Sabtu, 05 April 2008

Windy And Carl - Antarctica























Genre :
Ambient, Post-rock, Experimental

Download
Tracklist :

01. Antarctica
02. Traveling
03. Sunrise

Released as the second instalment of Darla's Bliss Out series back in 1997, this album has aged unbelievably well. Antarctica could be a how-to guide for fashioning timeless, organic drone music, and the first lesson here is that you really don't need much in the way of electronics or fancy equipment to make a statement. The opening piece sprawls across 22-minutes of shimmering, horizontal guitar, while crunching loops - sounding like trodden-on snow - carve out a rhythmic element, ultimately resembling the kind of approach Biosphere has been known to adopt for his own frozen ambiences. The two shorter ensuing tracks are more focussed on guitar sounds, finding themselves filtered and treated with delays to create a chilly, windswept aesthetic on 'Travelling', before 'Sunrise' opens up a little more, revealing more pronouncedly melodic chord sequences. Amazing stuff.

"Antarctica is three long, cold drones that you could wrap yourself up in but still find room to breathe. Like the great howl of bastard cold over an icy plain, Windy and Carl don't cozy up to you as much as they pour liquid nitrogen down your pants and smash your ass with a hammer. Fans of Flying Saucer Attack, Brian Eno's ambient works, and Slowdive would be best advised to yank this like it were a pud. (Be sure to pick up Drawing of Sound while you're at it.)" (pitchforkmedia)

Senin, 24 Maret 2008

different war

peperangan ini tak kan berakhir
world peace hanyalah pernyataan bodoh yg tak dapat dipertanggung jawabkan
generasi muda di doktrin dengan game perang dan kekerasaan
dan diajarkan untuk membunuh semua lawan


kekuasaan milik mereka yg kuat
tapi kebenaran tetaplah milik mereka yg benar
tidak ada yg absurd dalam pernyataan benar
mereka yg tidak mau dipersalahkan lah yg mengabsurdkan pernyataan benar


ini adalah budaya baru
ini adalah perang baru
sesuatu yg bahkan tuhan pun tak pantas melihatnya
peperangan yg tak sepadan lah yg berlaku sekarang
karena kemenangan ditentukan oleh teknologi , bukan hasrat untuk menang.....

Rabu, 19 Maret 2008

Hei, sang manusia!!!

kalian pernah g disebut bodoh, begok atau sejenisnya oleh seseorang, yang mungkin dia merasa dirinya lebih pintar atau merasa sedikit cerdas dari sisi akademisnya. terkadang orang seperti ini banyak kita temui di sekitar kita, sangat dekat, bahkan terkadang saudara atau teman kita sendiri. apabia kalian mau disebut bodoh dan merasa bodoh, maka saya sarankan untuk berhenti membaca artikel ini, buang selebaran ini dan pergi jadi sampah masayarakat.

orang yang menyebut kalian bodoh adalah orang yang lebih bodoh dari kalian, karena dia mampu menyebut kata “bodoh” dan bersikap sedikit pintar. mereka merasa sedikit pintar dengan sedikit kebodohannya dan merasa cerdas dengan sedikit kedunguannya. apakah kalian mau dikatakan bodoh oleh orang yang lebih bodoh dari kalian. Mungkin dia merasa sedikit pintar dari kita dari sisi akademis, tapi itu bukanlah segala-galanya!!. keangkuhan mereka yang terkadang suka menyepelekan orang, membuat mereka bersikap mereka adalah yang terbaik. tidak jujur apabila saya merasa saya tidak pernah menyepelekan orang lain, manusia memang dilahirkan untuk menilai apa yang dilihat kemudian dirasa. tapi apakah benar yang dilihat dan dirasa oleh kita telah kita nilai secara overall dan objektif. disinilah sifat subjektifitas manusia terlihat, seorang filsuf bernama rene descartes berkata bahwa seorang manusia takkan pernah bisa menilai sesuatu secara objektif, karena manusia hanya menilai sesuatu yang dirasa, dilihat dan diraba melalui indranya yang terbatas.

kita takkan tahu bahwa benar gelas yang kita pegang berbentuk lingkaran atau trapesium. mungkin secara realita benda itu berbentuk lingkaran, tapi siapa yang tahu kalau benda itu sebenarnya berbentuk petak atau ketupat, keterbatasaan indra kita dalam menilai suatu objeklah yang membuat kita merasa benar.

itu sebuah contoh untuk objek benda mati, bagaimana kalau objek itu manusia?
manusia adalah objek hidup yang menyimpan banyak misteri. sedekat apapun kita dengan seseorang, apakah itu sahabat, keluarga atau istri sekalipun yang telah mengarungi hidup bersama, takkan bisa menguak misteri hidup seseorang. walaupun orang tersebut bersifat ekstrovert yang terbuka atas semua masalah dan hidupnya, pasti ada sebuah rahasia dalam dirinya yang disimpan dalam-dalam dan tak diceritakannya kepada orang lain.

dan bagaimana kalau orang tersebut baru kita kenal beberapa tahun atau bulan?
orang-orang seperti inilah yang akan mati karena keangkuhannya, kebodohannya dan rasa terbaik atas dirinya. Menurut saya tidak ada yang terbaik dan tidak ada yang terburuk. apabila ada manusia yang terlihat dan terasa sempurna maka pasti ada sesuatu yang salah dengannya. tidak selamanya penjahat, pembunuh atau apalah namanya, bersikap jahat pada semua orang, terkadang mungkin dia sangat sayang pada anak dan istrinya.dan belum tentu orang yang terlihat baik adalah baik juga baik pada semua orang.

itulah sifat dasar manusia, kita mepunyai banyak kepribadiaan dan sifat yang saling bertolak belakang. kita baik kepada orang tertentu dan juga sebaliknya. penilaian kita terhadap seseorang hendaklah lahir dari penilaian hati kita sebagai manusia bukan berdasarkan rasa yang dirasakan oleh indra kita yang terbatas. sebaiknya berhati-hatilah terhadap ucapan kita, karena belum tentu orang yang kita sebut bodoh adalah bodoh, karena manusia dilahirkan berbeda satu sama lain. dan saya rasa tuhan cukup adil dalam menciptakan hamba-hambanya. Saya rasa mengetahui kekurangan kita sendiri sebagai manusialah yang akan membuat kita merasa lebih sempurna. Oleh karena itu, hendaklah kita sedikit objektif dari kesubjektifan kita sebagai manusia, karena masih banyak yang ternyata lebih baik dari kita. masih banyak yang harus dikejar dan dicapai. biarkanlah egioisme mereka yang akan meruntuhkan diri mereka sendiri.